KEBUMEN, beritakebumen.co.id - Satlantas Polres Kebumen kembali menunjukkan inovasi pendekatan kepolisian yang ramah dan edukatif lewat kegiatan bertajuk Art Policing. Di penghujung Operasi Patuh Candi 2025, kegiatan ini digelar di Alun-alun Pancasila bertepatan dengan Car Free Day (CFD), Minggu, 27 Juli 2025.
Antusiasme warga terlihat tinggi sejak pagi hari. Mereka datang tidak hanya untuk berolahraga, tetapi juga menikmati hiburan budaya, pertunjukan musik angklung, dan berinteraksi langsung dengan para polisi. Melalui pendekatan ini, Polres Kebumen membuktikan bahwa edukasi keselamatan berlalu lintas bisa dikemas dengan cara yang menyenangkan dan membangun kedekatan emosional dengan masyarakat.
Mendekatkan Polisi dan Masyarakat Lewat Art Policing
Ruang publik seperti Car Free Day menjadi sarana yang efektif untuk mengenalkan Art Policing kepada masyarakat luas. Saat kegiatan berlangsung, suasana terasa lebih hidup ketika polisi hadir mengenakan pakaian adat daerah dan membagikan jajanan serta minuman gratis kepada warga.
Mendekatkan Polisi dan Masyarakat Lewat Art Policing
Ruang publik seperti Car Free Day menjadi sarana yang efektif untuk mengenalkan Art Policing kepada masyarakat luas. Saat kegiatan berlangsung, suasana terasa lebih hidup ketika polisi hadir mengenakan pakaian adat daerah dan membagikan jajanan serta minuman gratis kepada warga.
Kehangatan ini menumbuhkan kepercayaan masyarakat, terutama anak-anak dan remaja, yang merasa lebih nyaman mendekati sosok polisi. Kombinasi seni, budaya, dan interaksi ini menciptakan ruang edukasi tanpa tekanan. Dengan begitu, pesan keselamatan berlalu lintas tersampaikan dalam suasana yang penuh keakraban.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin membentuk kedekatan emosional antara polisi dengan masyarakat. Edukasi tentang keselamatan berlalu lintas tidak harus selalu melalui penindakan, namun juga bisa melalui pendekatan seni dan budaya seperti yang kami lakukan hari ini,” terang Kompol Faris Budiman.
Edukasi Berlalu Lintas Tersampaikan secara Kreatif
Dalam Art Policing, pesan-pesan tertib lalu lintas disisipkan secara santai di sela pertunjukan. Petugas tidak hanya berperan sebagai penghibur, tetapi juga sebagai pendidik yang mengajak masyarakat untuk tertib berkendara. Seruan untuk memakai helm, tidak melawan arus, serta mematuhi lampu lalu lintas disampaikan dengan cara yang bersahabat.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin membentuk kedekatan emosional antara polisi dengan masyarakat. Edukasi tentang keselamatan berlalu lintas tidak harus selalu melalui penindakan, namun juga bisa melalui pendekatan seni dan budaya seperti yang kami lakukan hari ini,” terang Kompol Faris Budiman.
Edukasi Berlalu Lintas Tersampaikan secara Kreatif
Dalam Art Policing, pesan-pesan tertib lalu lintas disisipkan secara santai di sela pertunjukan. Petugas tidak hanya berperan sebagai penghibur, tetapi juga sebagai pendidik yang mengajak masyarakat untuk tertib berkendara. Seruan untuk memakai helm, tidak melawan arus, serta mematuhi lampu lalu lintas disampaikan dengan cara yang bersahabat.
Ini menjadikan edukasi lebih efektif karena masyarakat tidak merasa digurui. Bahkan banyak warga yang mengaku lebih mudah memahami aturan ketika disampaikan melalui pendekatan seperti ini.
Catatan Operasi Patuh Candi 2025: Fokus Masih pada Pengendara Motor
Sepanjang pelaksanaan Operasi Patuh Candi 2025, tercatat 1.039 pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Kebumen. Dari angka tersebut, sebanyak 666 pelanggaran terdeteksi lewat sistem e-TLE, sementara 373 lainnya ditindak melalui tilang manual. Angka ini menunjukkan bahwa pelanggaran masih cukup tinggi meski pengawasan telah diperkuat. Selain itu, sebanyak 1.794 pelanggar hanya diberikan teguran sebagai bentuk edukasi.
“Jenis pelanggaran masih didominasi oleh pengendara sepeda motor, khususnya tidak menggunakan helm, melawan arus, menerobos lampu merah, hingga kendaraan tanpa Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) yang sesuai ketentuan,” ujar Kompol Faris dalam keterangan tertulis, Jumat 25 Juli 2025.
Profil Pelanggar Didominasi Kelompok Usia Muda
Data dari posko operasi menunjukkan bahwa pelanggar terbanyak berasal dari usia 21–25 tahun. Kelompok usia ini memang paling aktif berkendara, namun sayangnya juga paling banyak melakukan pelanggaran. Disusul oleh kelompok usia 26–30 tahun dan 36–40 tahun.
Catatan Operasi Patuh Candi 2025: Fokus Masih pada Pengendara Motor
Sepanjang pelaksanaan Operasi Patuh Candi 2025, tercatat 1.039 pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Kebumen. Dari angka tersebut, sebanyak 666 pelanggaran terdeteksi lewat sistem e-TLE, sementara 373 lainnya ditindak melalui tilang manual. Angka ini menunjukkan bahwa pelanggaran masih cukup tinggi meski pengawasan telah diperkuat. Selain itu, sebanyak 1.794 pelanggar hanya diberikan teguran sebagai bentuk edukasi.
“Jenis pelanggaran masih didominasi oleh pengendara sepeda motor, khususnya tidak menggunakan helm, melawan arus, menerobos lampu merah, hingga kendaraan tanpa Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) yang sesuai ketentuan,” ujar Kompol Faris dalam keterangan tertulis, Jumat 25 Juli 2025.
Profil Pelanggar Didominasi Kelompok Usia Muda
Data dari posko operasi menunjukkan bahwa pelanggar terbanyak berasal dari usia 21–25 tahun. Kelompok usia ini memang paling aktif berkendara, namun sayangnya juga paling banyak melakukan pelanggaran. Disusul oleh kelompok usia 26–30 tahun dan 36–40 tahun.
Selain sepeda motor, pengemudi kendaraan roda empat juga tercatat sering melanggar, khususnya dalam hal tidak menggunakan sabuk pengaman. Situasi ini memperkuat pentingnya edukasi terus-menerus kepada generasi muda agar lebih disiplin di jalan.
Budaya Tertib Lalu Lintas Perlu Diperkuat Setelah Operasi Berakhir
Dengan selesainya Operasi Patuh Candi 2025, tantangan berikutnya adalah menjaga agar semangat tertib berlalu lintas tetap hidup. Art Policing bisa menjadi metode lanjutan yang memperkuat pendekatan non-represif kepolisian.
Budaya Tertib Lalu Lintas Perlu Diperkuat Setelah Operasi Berakhir
Dengan selesainya Operasi Patuh Candi 2025, tantangan berikutnya adalah menjaga agar semangat tertib berlalu lintas tetap hidup. Art Policing bisa menjadi metode lanjutan yang memperkuat pendekatan non-represif kepolisian.
Kehadiran polisi di tengah masyarakat dalam suasana santai akan meninggalkan kesan positif dan menginspirasi masyarakat untuk menjadi pengguna jalan yang lebih sadar. Selain menekan angka pelanggaran, kegiatan semacam ini juga mempererat hubungan antara aparat dan warga.
Pendekatan yang humanis ini harus terus dikembangkan sebagai bagian dari reformasi pelayanan publik. Sementara itu, masyarakat juga memiliki tanggung jawab moral untuk mematuhi aturan demi keselamatan bersama. Tertib berlalu lintas adalah cerminan kedewasaan sosial, bukan sekadar kewajiban hukum. Mari kita jadikan jalanan sebagai ruang yang aman dan ramah bagi semua.
-----------------------------
Ikuti Berita Kebumen di Google News
Pendekatan yang humanis ini harus terus dikembangkan sebagai bagian dari reformasi pelayanan publik. Sementara itu, masyarakat juga memiliki tanggung jawab moral untuk mematuhi aturan demi keselamatan bersama. Tertib berlalu lintas adalah cerminan kedewasaan sosial, bukan sekadar kewajiban hukum. Mari kita jadikan jalanan sebagai ruang yang aman dan ramah bagi semua.
-----------------------------
Ikuti Berita Kebumen di Google News