Berdasarkan data yang diterima hingga pukul 21.40 WIB, korban terdiri dari lima pelajar SDN Ampelsari, 26 dari SDN Tegalretno, 15 dari SDIT Imam Syafi’i, satu dari PAUD Munggu, dan 54 dari Madrasah Wathoniyah Islamiyah (MWI) Karangduwur. Para siswa yang mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan lemas segera dilarikan ke Puskesmas Petanahan serta Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan. Hingga berita ini ditulis, kondisi mereka masih dalam pemantauan tenaga kesehatan.
Salah seorang siswa kelas VII MTs MWI Karangduwur, berinisial H, menceritakan gejala yang ia alami. Ia sempat menyantap makan siang sekitar pukul 12.30 WIB, namun sekitar pukul 16.00 WIB mulai merasakan mual, muntah, pusing, hingga tubuh terasa lemas. Pengalaman serupa juga dialami seorang siswi yang menyebut makanan yang ia terima tidak segar. “Pas dibuka, bihunnya keras, ayamnya bau, sayurnya juga bau,” ungkapnya.
Kasus keracunan akibat program MBG bukan kali pertama terjadi. Data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat, hingga akhir September 2025 sudah ada 6.452 kasus keracunan. Sementara itu, data resmi pemerintah yang dihimpun Badan Gizi Nasional, Kementerian Kesehatan, serta BPOM menyebut jumlah korban di kisaran 5.000 orang. Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan kasus terbanyak, mencapai 2.012 pelajar, disusul DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Bengkulu, dan Sulawesi Tengah.
Keracunan massal di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, bahkan menjadi yang terbesar dengan 1.315 pelajar harus mendapat perawatan. Hingga kini, pihak terkait masih melakukan evaluasi dan investigasi untuk memastikan penyebab pasti insiden di Petanahan maupun kasus-kasus serupa di daerah lain.
-----------------------------
Ikuti Berita Kebumen di Google News
-----------------------------
Ikuti Berita Kebumen di Google News