Fenomena ini sering diibaratkan gunung es: yang terlihat di permukaan hanya sedikit, tetapi kenyataannya jauh lebih besar. Berangkat dari keresahan tersebut, Rumah Inklusif menggelar kegiatan bertajuk “Pesantren Anti Bullying dan Kekerasan Seksual” pada Rabu (17/9/2025) di Joglo Rumah Inklusif. Acara ini berlangsung berkat kolaborasi dengan Hj. Nawal Nur Arafah, M.S.I, sekaligus bedah buku karyanya yang berjudul sama.
Kegiatan tersebut selain dihadiri oleh keluarga rumah inklusif dan masyarakat sekitar, juga dihadiri oleh Muhammad Fauhan (anggota DPRD Kebumen dari Fraksi PKB), kemudian perwakilan dari IAINU, Forum OSIS Kebumen, Forum Anak Kebumen, Disdikpora Kebumen, Duta Genre Kebumen, PERADI, DIKES Kebumen DINSOS Kebumen, Kesbangpol, SMAN 2 Kebumen, Man 2 Kebumen, Kemenag Kebumen, Polres Kebumen, Fokus Kebumen, Dinas Arpus Jateng, dan masih banyak yang lainnya.
“kita diberi kesempatan untuk berkumpul, untuk meneruskan niat bergerak dalam nilai-nilai kemanusian,” terang Muiniatul Khoeriyah selaku pengelola Rumah Inklusif dalam Sambutannya
Ia juga menambahkan, bahwa kehadiran Ibu Hj Nawal Nur Arafah tidak pernah disangka, sangat bersyukur beliau mau rawuh (hadir) ke Joglo Rumah Inklusif yang seperti ini. Ini seperti ‘mbalang rambutan entuke duren (seperti Nglempar Rambutan, dapatnya Durian)’.
“Saya harap, kegiatan Bersama beliau ini bukan yang pertama dan yang terakhir, tepi bisa terus-terusan berkolaborasi,” lanjutnya.
Rumah Inklusif juga memperkenalkan karya batik Pegon. Dari 16 motif yang ada, salah satunya adalah motif bullying yang dibuat berdasarkan cerita para orang tua anak istimewa yang kerap mengalami perundungan, baik secara verbal maupun fisik.
Bupati Kebumen melalui Kabag Kesra, Tjahyo Sambodo, menyampaikan apresiasi kepada Rumah Inklusif. Ia menilai tempat ini telah konsisten menjadi ruang belajar dan berdaya bagi keluarga dengan anak istimewa, sekaligus menyuarakan kesetaraan dan kemanusiaan.
Hj Nawal Nur Arafah atau yang biasa akrab disapa Ning Nawal, istri Wakil Gubernur Terpilih Jawa Tengah Gus Yasin ini mnceritakan bahwa saat launching pertama kali, Buku setebal 100 halaman ini dianggap membuka aib pesantren, padahal didalam buku ini sama sekali tidak ada satu pun tertulis kasus yang terjadi di pesantren. Buku ini justru menghadirkan konsep budaya anti bullying, menciptakan lingkungan aman, serta menjelaskan sistem kolaborasi dan pelaporan.
“Semua tentang konsepnya seperti apa, budaya anti bullying itu seperti apa, lingkungan yang aman seperti apa, dan kolaborasinya seperti apa, kemudian pelaporannya seperti apa, itu ada disitu. Meski belum aplikatif, saya harap ini bisa menjadi semnagat Bersama, membuka kesadaran Bersama,” terangnya.
Ning Nawal berharap dalam bedah bukunya di Rumah Inklusif Kebumen, kita ada kesinambungan untuk pemberdayaan anak-anak difabel ini itu seperti apa, nanti akan berdayakan lewat beberapa program yang ada, untuk melatih anak-anak memiliki karya, dan memiliki usaha kecil menengah.
Jadi akan relevan dengan program kecamatan berdaya, dengan RPPA (Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak) ini akan saling berkesinambungan. RPPA sendiri merupakan inisiasi Kementerian PPPA bersinergi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dengan latar belakang semangat pembangunan hingga tingkat akar rumput. Sedangkan Kecamatan Berdaya adalah program Provinsi Jawa Tengah yang bertujuan untuk menyatukan sumber daya dan komitmen pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha untuk melindungi dan memberdayakan kelompok rentan seperti perempuan, anak, penyandang disabilitas, dan anak muda kreatif
“Budaya anti bullying dan anti kekerasan harus lahir dari rumah, apapun memang butuh kehadiran orang tua, yang harus diperhatikan wilayah yang inklusif Adalah lingkungan yang aman, budaya yang berkeadilan (budaya yang saling melindungi), kolaborasi (bukan hanya orang tua, bukan hanya pemerintah, tapi semuanya Bersama-sama untuk memujudkan budaya anti bullying dan anti kekerasan,” Pungkasnya.
-----------------------------
Ikuti Berita Kebumen di Google News
Kegiatan tersebut selain dihadiri oleh keluarga rumah inklusif dan masyarakat sekitar, juga dihadiri oleh Muhammad Fauhan (anggota DPRD Kebumen dari Fraksi PKB), kemudian perwakilan dari IAINU, Forum OSIS Kebumen, Forum Anak Kebumen, Disdikpora Kebumen, Duta Genre Kebumen, PERADI, DIKES Kebumen DINSOS Kebumen, Kesbangpol, SMAN 2 Kebumen, Man 2 Kebumen, Kemenag Kebumen, Polres Kebumen, Fokus Kebumen, Dinas Arpus Jateng, dan masih banyak yang lainnya.
“kita diberi kesempatan untuk berkumpul, untuk meneruskan niat bergerak dalam nilai-nilai kemanusian,” terang Muiniatul Khoeriyah selaku pengelola Rumah Inklusif dalam Sambutannya
Ia juga menambahkan, bahwa kehadiran Ibu Hj Nawal Nur Arafah tidak pernah disangka, sangat bersyukur beliau mau rawuh (hadir) ke Joglo Rumah Inklusif yang seperti ini. Ini seperti ‘mbalang rambutan entuke duren (seperti Nglempar Rambutan, dapatnya Durian)’.
“Saya harap, kegiatan Bersama beliau ini bukan yang pertama dan yang terakhir, tepi bisa terus-terusan berkolaborasi,” lanjutnya.
Rumah Inklusif juga memperkenalkan karya batik Pegon. Dari 16 motif yang ada, salah satunya adalah motif bullying yang dibuat berdasarkan cerita para orang tua anak istimewa yang kerap mengalami perundungan, baik secara verbal maupun fisik.
Bupati Kebumen melalui Kabag Kesra, Tjahyo Sambodo, menyampaikan apresiasi kepada Rumah Inklusif. Ia menilai tempat ini telah konsisten menjadi ruang belajar dan berdaya bagi keluarga dengan anak istimewa, sekaligus menyuarakan kesetaraan dan kemanusiaan.
Hj Nawal Nur Arafah atau yang biasa akrab disapa Ning Nawal, istri Wakil Gubernur Terpilih Jawa Tengah Gus Yasin ini mnceritakan bahwa saat launching pertama kali, Buku setebal 100 halaman ini dianggap membuka aib pesantren, padahal didalam buku ini sama sekali tidak ada satu pun tertulis kasus yang terjadi di pesantren. Buku ini justru menghadirkan konsep budaya anti bullying, menciptakan lingkungan aman, serta menjelaskan sistem kolaborasi dan pelaporan.
“Semua tentang konsepnya seperti apa, budaya anti bullying itu seperti apa, lingkungan yang aman seperti apa, dan kolaborasinya seperti apa, kemudian pelaporannya seperti apa, itu ada disitu. Meski belum aplikatif, saya harap ini bisa menjadi semnagat Bersama, membuka kesadaran Bersama,” terangnya.
Ning Nawal berharap dalam bedah bukunya di Rumah Inklusif Kebumen, kita ada kesinambungan untuk pemberdayaan anak-anak difabel ini itu seperti apa, nanti akan berdayakan lewat beberapa program yang ada, untuk melatih anak-anak memiliki karya, dan memiliki usaha kecil menengah.
Jadi akan relevan dengan program kecamatan berdaya, dengan RPPA (Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak) ini akan saling berkesinambungan. RPPA sendiri merupakan inisiasi Kementerian PPPA bersinergi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dengan latar belakang semangat pembangunan hingga tingkat akar rumput. Sedangkan Kecamatan Berdaya adalah program Provinsi Jawa Tengah yang bertujuan untuk menyatukan sumber daya dan komitmen pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha untuk melindungi dan memberdayakan kelompok rentan seperti perempuan, anak, penyandang disabilitas, dan anak muda kreatif
“Budaya anti bullying dan anti kekerasan harus lahir dari rumah, apapun memang butuh kehadiran orang tua, yang harus diperhatikan wilayah yang inklusif Adalah lingkungan yang aman, budaya yang berkeadilan (budaya yang saling melindungi), kolaborasi (bukan hanya orang tua, bukan hanya pemerintah, tapi semuanya Bersama-sama untuk memujudkan budaya anti bullying dan anti kekerasan,” Pungkasnya.
-----------------------------
Ikuti Berita Kebumen di Google News