Di Kebumen, semangat ini dihidupkan oleh Komunitas Ecoprint Tlutuh Lukulo. Komunitas ini baru saja sukses menggelar sebuah pelatihan intensif yang diberi nama unik: “Ngecobar” atau Ngecoprint Bareng, pada Minggu (2/11/2025). Kegiatan yang berfokus pada pengembangan keterampilan perajin ini diikuti oleh 25 peserta antusias, sepuluh di antaranya bahkan sudah aktif menjual produk mereka.
Pelatihan ini bukan sekadar ajang kumpul, namun menjadi fondasi bagi Tlutuh Lukulo untuk mewujudkan mimpi besar mereka: menciptakan ekosistem Ecoprint yang mandiri dan berkelanjutan. Dengan fokus pada identifikasi bahan baku alami, standarisasi proses, hingga dukungan penjualan, Tlutuh Lukulo berupaya menjadikan Kebumen sebagai pusat kerajinan ramah lingkungan.
Inisiatif ini juga menggarisbawahi pentingnya dukungan komunitas, di mana proses belajar dan praktik menjadi ajang saling membantu dan berbagi ilmu antar sesama perajin. Keseriusan ini terlihat dari upaya mereka, mulai dari mengupayakan pewarna alami hingga menargetkan pameran craft nasional.
Mengembangkan Ekosistem Ecoprint dari Hulu ke Hilir
Ketua Tlutuh Lukulo, Setya Widodo, menjelaskan bahwa kegiatan "Ngecobar" ini adalah langkah awal untuk merumuskan konsep pengembangan komunitas Ecoprint Kebumen secara menyeluruh. Fokusnya adalah memastikan rantai produksi dapat berjalan mandiri, mulai dari penyediaan bahan baku hingga pemasaran.
“Dengan kegiatan ini akan dibuat sebuah konsepkan pengembangan komunitas Ecoprint Kebumen dari hulu sampai hilir kita kembangkan bareng-bareng,” jelas Setya.
Setya menambahkan, pengembangan ini mencakup identifikasi dan penanaman jenis-jenis daun yang menghasilkan motif dan warna terbaik saat diecoprint. Bahkan, komunitas berencana mengupayakan ketersediaan pewarna alami bagi kebutuhan para ecoprinter secara berkelanjutan.
“Gambarannya bisa jadi tanaman apa yang bisa di eco. Ketika pameran, kita sudah bisa siapkan, tanaman apa saja yang bagus. Termasuk mengupayakan kebutuhan ecoprinter akan pewarna alami akan bisa disediakan,” tambahnya.
Sinergi dan Dukungan dalam Proses Ngecobar
Pelatihan "Ngecobar" ini memberikan kesempatan bagi peserta uzźntuk memperkaya pengetahuan mereka secara praktis. Materi yang dibahas meliputi ragam daun yang ideal, macam-macam warna yang dihasilkan, hingga detail penting dalam proses mordan (penguatan warna) dan bahan-bahan yang diperlukan.
Namun, nilai utama dari pelatihan ini bukan hanya materi, melainkan lingkungan yang saling mendukung. Selama proses praktik, suasana kebersamaan terasa kuat. Para peserta terlihat saling membantu, mulai dari menata daun di atas kain, bertukar ide jenis dedaunan, hingga bahu-membahu memeras kain basah dan saling mengingatkan langkah-langkah kerja.
Kain Katun dan Ragam Daun Ecoprintable yang Wajib Dicoba
Di sela-sela menunggu proses pengukusan yang sangat krusial, peserta memanfaatkan waktu untuk berdiskusi mendalam seputar dunia Ecoprint. Obrolan berkisar dari jenis kain ideal, takaran mordan yang tepat, hingga tips perawatan kain yang sudah di-ecoprint agar tahan lama.
Lilik Indrawati, selaku Koordinator Pelatihan, menegaskan pentingnya pemilihan bahan. Ia menjelaskan bahwa standar utama untuk teknik ecoprint adalah Kain Katun.
“Kain yang digunakan adalah katun, itu wajib. Selain itu, kain-kain yang tidak mengandung poliester dan pewarna lain,” kata Lilik.
Lilik juga memaparkan daftar daun yang ecoprintable atau mampu mengeluarkan pigmen warna. Contohnya termasuk daun Jati, Daun lanang, daun Karsen, Daun Afrika, daun Ketapang, daun jambu mete, daun jambu, daun kelengkeng, daun mangga, dan masih banyak yang lainnya.
Menanti Hasil Apik dari Pengukusan selama Dua Jam
Proses pengukusan merupakan tahapan penentu keberhasilan motif Ecoprint menempel sempurna pada kain. Lilik menekankan bahwa pengukusan harus dilakukan secara disiplin.
“Pengukusan dilakukan selama 2 jam, tidak boleh kurang,” tegasnya. Setelah waktu pengukusan tuntas, momen yang paling ditunggu-tunggu pun tiba: membuka gulungan kain dan melihat hasilnya. Momen ini selalu menjadi puncak keseruan "Ngecobar" dari Komunitas Ecoprint Tlutuh Lukulo, membuktikan bahwa sinergi dan kolaborasi komunitas dapat menghasilkan karya seni yang indah dan bernilai jual tinggi.
-----------------------------
Ikuti BeritaKebumen
